Selasa, 20 Desember 2011

WORKSHOP REFLEKSI "REINTEGRASI BAGI PEKERJA ANAK"


Tujuan dari program EXCEED (elimination exploitative child labor through education & economic development) - Save the Children adalah menarik anak-anak yang bekerja di jenis pekerjaan terburuk, khususnya anak yang bekerja sebagai PRTA, Buruh perkebunan, Anak perempuan yang bekerja di jalanan, dan ESKA. Menghubungkan kembali anak dengan keluarga adalah merupakan salah satu upaya yang dilakukan dalam proses penarikan.

Pada awal program terdapat asumsi bahwa sebagian besar pekerja anak yang menjadi penerima manfat program adalah anak-anak yang berada dalam situasi terpisah dari keluarganya,  tetapi dalam perjalanan pelaksanaan program serta temuan dari kegiatan baseline yang diselenggarakan pada bulan September 2010, sebagian besar anak ternyata masih memiliki kontak yang cukup rutin dengan orang tuanya.

Situasi pada setiap kelompok anak berbeda, pada kelompok anak jalanan perempuan hampir seluruh anak jalanan pulang kerumah setiap hari. Pada PRTA, hanya sebagian kecil anak yang pulang setiap hari, tetapi situsi itu tidak pulangnya PRTA atas “restu” orang tua mereka. Bahkan seperti kasus di Pontianak, anak-anak sengaja dikirim oleh orang tuanya untuk pergi ke kota dan menjadi PRTA dengan alasan supaya bisa bersekolah di kota.

Pada kelompok anak ESKA, sebagian besar anak masih pulang setiap hari dan memiliki kontak dengan orang tua tetapi Pada banyak kasus ditemukan anak-anak yang sengaja keluar dari keluarga dan memilih tinggal ditempat teman atau kost karena ingin lebih mandiri dan “bebas” dari lingkungan keluarga. 



Pulang tiap hari
Pulang pada waktu-waktu tertentu
(kadang, tidak tentu, seminggu, sebulan, setahun)
Tidak pernah pulang
Anak jalanan perempuan
88 %
12 %
0
ESKA
63 %
13 %
8 %
PRTA
13 %
63 %
4 %

  Sumber Baseline EXCEED – Save the Chidren, September 2010

Meskipun sebagian anak masih memiliki kontak dengan orang tua tetapi terdapat banyak situasi sulit yang menyebabkan mereka mengalami masalah dalam berhubungan dengan keluarga, seperti kasus kehamilan pada anak-anak eska, kekerasan seksual yang dilakukan oleh anggota keluarga, ekploitasi ekonomi yang dilakukan oleh orang tua dan kasus perceraian pada orang tua. Masalah-masalah tersebut telah banyak menyebabkan anak-anak terpaksa “keluar” dari rumah. Kasus lainnya adalah anak-anak yang memang terpaksa terpisah dengan keluarga karena terjebak pada situasi pekerjaan terburuk seperti pada kasus ekploitasi seksual komersial anak atau anak jalanan.   

Selama 2 tahun program berjalan, para konselor dan staf lapangan dilembaga mitra EXCEED telah banyak melakukan upaya-upaya untuk “menyatukan” kembali  anak-anak tersebut  kepada keluarga, pada keluarga besar atau mencarikan alternatif bagi anak untuk mendapatkan institusi yang dapat dijadikan tempat tinggal yang tetap bagi anak. Proses yang dilakukan tentunya tidaklah mudah ditengah masih lemahnya sistem dukungan untuk keluarga-keluarga dalam pengasuhan dan perlindungan terhadap anak.

Save the children juga telah mendukung pilot project Pusat Dukungan Anak dan Keluarga (PDAK) yang bertujuan untuk menguatkan praktek pekerjaan sosial dalam  pengasuhan dan reintegrasi anak di Kota Bandung dan Jokjakarta. Di Kota Bandung dalam kurun waktu 1 tahun ini, sekitar 86 anak telah mendapatkan manfaat dari program PDAK, 7 diantaranya adalah anak-anak yang berasal dari pekerja anak.  

Pada kerangka kerja ditingkat nasional tentang penanganan trafiking dan bentuk terburuk pekerjaan anak, reintegrasi juga menjadi salah satu strategi utama  dalam proses penanganan dan pengembalian anak-anak yang terpisah kepada keluarga akibat praktek trafiking dan pekerjaan terburuk lainnya.   

Pengalaman lapangan peserta workshop serta strategi ditingkat nasional dalam reintegrasi akan menjadi topik bahasan utama dalam workshop kali ini.

Guna melengkapi konsep dan keterampilan peserta didalam pengasuhan anak sebagai kerangka utama didalam proses reintergasi, maka dalam workshop ini juga peserta akan mendapatkan pengantar tentang permanency planning.


Workshop yang diselenggarakan kali ini, ingin mengajak para case worker dari program PDAK, konselor, staf lapangan dan pimpinan program untuk merefleksikan kembali proses reintegrasi yang telah dilakukan pada pekerja anak-anak dengan berbagai karakteristiknya  dan kemudian menarik pembelajaran yang didapat dari kegiatan yang telah dilakukan untuk bekal pendampingan anak-anak dimasa mendatang.

1.      Memetakan ulang proses reintegrasi yang telah dilakukan bagi pekerja anak dan menyusun pembelajaran terbaik dalam proses tersebut.
2.      Menguatkan kerangka kerja dalam proses reintegrasi bagi pekerja anak untuk program EXCEED dan PDAK
3.      Menguatkan pemahaman peserta mengenai reintegrasi dan Permanency planning

Kegiatan workshop refleksi "Reintegrasi bagi pekerja anak" ini dilangsungkan di dua kota, yaitu Bogor dan Jogjakarta. pemilihan wilayah ini didasarkan pada kedekatan issue dan juga kedekatan secara geografis. Kedua workshop tersebut dilaksanakan pada :

Tempat
Tanggal
Peserta
Wisma UGM
- Jl. Colombo Jogjakarta, 55281. Telp 0274-557981, Jokjakarta
1-4  Desember  2011
·         Program manager dan konselor/staf lapangan perwakilan LSM mita EXCEED di Kota Jogjakarta, Pontianak dan Surabaya.
·         Team PDAK Jogjakarta/ Case Worker
·         Program Officer EXCEED
Hotel Amaris Padjajaran
- Jl. Padjajaran no 25, Bogor
Phone: (62-251) 8312200

8-11  Desember  2011
·         Program manager dan konselor/staf lapangan perwakilan LSM mita EXCEED di Lampung dan Bandung.
·         Team PDAK Bandung/ Case Worker
·         Program Officer EXCEED


Selain refleksi mengenai proses reintegrasi yang dilakukan bagi pekerja anak, khususnya isu PRTA, ESKA, dan Anak Jalanan, pada kesempatan ini juga dilakukan sesi perencanaan permanen bagi anak. diharapkan dengan adanya sesi ini maka para peserta dapat melakuklan proses reintegrasi secara lebih terstruktur dan terencana. bertindak sebagai fasilitator pada acara ini adalah Akbar Halim, Kanya Eka Shanti, dan Tuti Kartika.

Beberapa hal yang masih menjadi PR bagi tim EXCEED adalah sebagai berikut :
1. perlu adanya penguatan kepada mitra untuk pemakaian tools yang dapat dipergunakan untuk proses reintegrasi. dalam hal ini dipertimbangkan untuk mempergunakan tools yang sudah dipergunakan oleh pekerja sosial di bawah pilot center di Bandung.
2. program EXCEED dan LSM mitranya diharapkan dapat lebih memperjelas tujuan dari proses reinterasi yang akan dilakukan untuk setiap anak yang membutuhkan, sehingga akan jelas target yang ingin dicapai (misal target anak, karakteristik anak, dll).
3. mengembangkan sistem rujukan untuk proses reintegrasi



Catatan redaksi :
Ekan,
MnE program EXCEED

Senin, 19 Desember 2011

JRKL dan Save The Children Kampanyekan Penghapusan ESKA

by on Oct 27, 20112:41 pm
Radio komunitas memang memiliki peran penting dalam membangun pengetahuan masyarakat. Pengetahuan tersebut sangat dibutuhkan dalam proses penyelesaian masalah yang dihadapi masyarakat.
Salah satu masalah yang dihadapi masyarakat Bandar Lampung, khususnya di Kecamatan Panjang, adalah fenemona Eksploitasi Seksual Komersial Anak (ESKA). Setidaknya, ada ratusan anak di Kecamatan Panjang, Bandar Lampung terjerat dalam masalah ESKA. Tentu saja masalah tersebut mengkhawatiran mengingat dampak buruknya terhadap pembentukan mental dan masa depan anak.
Untuk mencegah berkembangnya masalah ESKA di Kecamatan Panjang, Bandar Lampung, Jaringan Radio Komunitas Lampung (JRKL) dan Save The Children sepakat bekerjasama dalam membangun pengetahuan masyarakat tentang bahaya ESKA dan pentingnya upaya pencegahan dan penghapusan ESKA di radio komunitas Pelangi 107,8 FM. Kerjasama tersebut diwujudkan dalam program Edutaiment untuk Pencegahan GSEC.
Dalam kerjasama tersebut, pegiat JRKL dan Pelangi 107,8 FM akan mengembangkan sistem penyebarluasan informasi pencegahan dan penghapusan ESKA melalui jurnalisme warga, iklan layanan masyarakat, talkshow dan radio dyari. Selain itu, JRKL dan Pelangi 107,8 FM juga akan membentuk komite penyiaran yang berfungsi sebagai forum warga untuk membantu perumusan langkah pencegahan ESKA di Kecamatan Panjang, Bandar Lampung.
Kerjasama yang dimulai November 2011 hingga Oktober 2012 ini diharapkan mampu memberikan pengetahuan dan informasi yang cukup tentang ESKA kepada masyarakat. Dengan bekal informasi dan pengetahuan tersebut, masyarakat diharapkan mampu merumuskan rencana aksi bersama dalam pencegahan ESKA di Kecamatan Panjang, Bandar Lampung.

Note : Taken from JRKL Website (jrklampung.org)